Monday 13 June 2016

KUALITAS MIKROBIOLOGIS SOSIS PROBIOTIK DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN LACTOBACILLUS PLANTARUM PADA KONSENTRASI BERBEDA

KUALITAS MIKROBIOLOGIS SOSIS PROBIOTIK DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN Lactobacillus plantarum
 PADA KONSENTRASI BERBEDA


Helliyus Pittoria (11081202416)
Dibawah bimbingan Bambang Kuntoro dan Edi Erwan


INTISARI

Dewasa ini, pemanfaatan mikroorganisme dianggap sangat penting untuk meningkatkan kualitas sosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bakteri Lactobacillus plantarum dalam proses fermentasi sosis terhadap kualitas produk ditinjau dari sifat mikrobiologis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, masing masing perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah penambahan Bakteri Asam Laktat (BAL) dengan strain Lactobacillus plantarum pada sosis daging kerbau dengan beberapa konsentrasi (0%, 2%, 4%, 6% dan 8%). Parameter yang diamati meliputi total plate count (TPC), kapang dan BAL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Lactobacillus plantarum dengan konsentrasi berbeda pada sosis daging kerbau memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) dalam meningkatkan TPC dan BAL. Namun demikian, penambahan Lactobacillus plantarum berkorelasi negatif terhadap parameter kapang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan pada level 4% Lactobacillus plantarum dalam sosis daging kerbau merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan kualitas TPC, kapang, dan BAL.

Kata Kunci: Sosis, daging kerbau, Lactobacillus plantarum, total plate count, kapang, bakteri asam laktat.











MICROBIOLOGICAL QUALITY OF BUFFALO MEAT PROBIOTICS SAUSAGE SUPPLEMENTED WITH DIFFERENT CONCENTRATIONS OF  Lactobacillus plantarum

Helliyus Pittoria (11081102961)
Under guidence of Bambang Kuntoro and Edi Erwan


ABSTRACT

Currently, the using of microorganism to improve the quality of sausage is increasing. The objective of the study was to determine the effect of Lactobacillus plantarum supplementation on microbiological quality in sausage fermentation. The experimental design used was a completely randomized design with five treatments and each treatment repeated four times. The treatments in this study were the addition of Lactobacillus plantarum in the buffalo meat sausage with some doses of 0%, 2%, 4%, 6%, and 8%. Parameters observed were the total plate count (TPC), molds, and lactic acid bacteria (LAB). There was a significant effect (P<0.01) between treatments in terms of TPC and LAB. However, Lactobacillus plantarum supplementation linearly decreased the mold parameters. It can be concluded that the best level of Lactobacillus plantarum supplementation to improve TPC, mold, and LAB was 4%. level.

Keywords: Sausage, buffalo meat, Lactobacillus plantarum, total plate count, mold, and lactic acid bacteria.



















PENDAHULUAN
Sosis sebagian besar di buat menggunakan bahan baku daging. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Menurut Soeparno dkk. (2009), daging adalah semua jaringan hewan atau ternak termasuk produk-produk proses atau manufaktur dari jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan makanan sumber pangan hewani, dan aman bagi konsumen. Daging yang umum dikonsumsi dapat diperoleh dari ternak ruminasia besar dan kecil (sapi, kerbau, domba, kambing ), ternak unggas (ayam, itik), dan aneka ternak (kelinci, rusa, kuda).
Proses fermentasi yang terjadi pada produk sosis oleh bakteri khususnya bakteri asam laktat bisa berfungsi sebagai probiotik yang baik bagi tubuh. Probiotik kemudian didefinisikan sebagai organisme hidup atau senyawa yang memiliki kontribusi terhadap keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan. Menurut Zubillaga dkk. (2001), manfaat probiotik terbukti efektif dalam menangani berbagai penyakit seperti tukak lambung, diare, alergi makanan dan juga kanker saluran pencernaan. Kualitas sosis probiotik dapat dicirikan dari kandungan total bakteri asam laktat (BAL). Hal penelitian Setyorini, dkk (2010) menunjukkan bahwa jenis starter dan lama penyimpanan secara nyata (P<0,05) berinteraksi dalam mempengaruhi total bakteri asam laktat (BAL), tetapi tidak mempengaruhi kadar asam, pH, kadar protein dan kadar lemak pada produk sosis probiotik yang dihasilkan. Lama penyimpanan sosis probiotik daging sapi dapat dilakukan selama 3 minggu karena pada penyimpanan 3 minggu total BAL masih memenuhi syarat sebagai probiotik yaitu 10 cfu/g dan konsumen masih menyukainya. Erkkilla (2001) menyatakan bahwa penambahan starter bakteri asam laknat pada produk pangan probiotik yang berkualitas sebaiknya 6% cfu/g. Bakteri asam laknat yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri asam laktat yang tahan terhadap pH lambung dan garam empedu yang diharapkan dapat sampai ke usus dan berfungsi sebagai kandidat probiotik. Bakteri asam laktat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Lactobacillus plantarum. Pemiliihan kultur starter Lactobacillus plantarum dalam pembuatan sosis terfermentasi dikarenakan jenis ini merupakan salah satu bakteri homofermentasif yang dominan menghasilkan asam laktat dalam jumlah besar dan hanya sebagian kecil asam asetat, etanol dan CO2 dan mempunyai suhu optimum 30°C serta kisaran suhu 20-50°C. Asam laktat yang dihasilkan akan mempertajam dan memperkuat flavour atau cita rasa sosis sehingga enak serta dapat menyebabkan rasa asam dan turunnya pH yang menyebabkan koagulasi protein sehingga tektur menjadi keras sebagai ciri khas sosis yang difermentasi (Purnomo, 1990).
Menurut hasil penelitian Susilawati (2012) penambahan Lactobacillus plantarum 2C12 pada sosis fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan populasi S. aures dan E. coli. Sosis fermentasi dengan penambahan probiotik Lactobacillus plantarum 2C12 memiliki kualitas mikrobiologis yang paling baik dibadingkan dengan penambahan kultur Lactobacillus plantarum 2B4 dan kontrol. Hal ini terlihat dengan tidak ditemukannya E. coli dan jumlah populasi S. aures yang rendah pada sosis fermentasi dengan pemberian  Lactobacillus plantarum.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah penambahan bakteri Lactobacillus plantarum dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah total mikroba, kapang dan BAL pada sosis probiotik daging kerbau.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan  menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus plantarum  dengan konsentrasi berbeda pada sosis probiotik daging kerbau. Perbedaan konsentrasi tersebut adalah sebagai berikut :
A : Sosis daging kerbau + 0% bakteri Lactobacillus plantarum
B : Sosis daging kerbau + 2% bakteri Lactobacillus plantarum
C : Sosis daging kerbau + 4% bakteri Lactobacillus plantarum
D : Sosis daging kerbau + 6% bakteri Lactobacillus plantarum
E : Sosis daging kerbau + 8% bakteri Lactobacillus plantarum
Parameter yang Diamati
Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi :
1.      Total plate count
2.      Bakteri asam laktat
3.      Mold (kapang)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Awal Kultur Starter Bakteri
Populasi awal kultur starter yang digunakan dihitung pada saat sosis telah dilakukan pemeraman, untuk mendapatkan rataan jumlah kultur bakteri sebelum dilakukan tahap pemasakan. Rataan populasi kultur starter Lactobacillus plantarum dengan pemupukan dalam media MRSA masing-masing adalah 108 cfu/ml. Populasi bakteri Lactobacillus plantarum dapat dilihat dalam Tabel 4.1.


Tabel 4.1. Data populasi awal kultur starter bakteri Lactobacillus plantarum (log10 cfu/ml)
Bakteri
0%
2%
4%
6%
8%
Lactobacillus Plantarum
0
8.146
8.792
8.146
8.580




Menurut Handayani dan Sustriawan (2012), syarat yang harus dipenuhi suatu produk sebagai produk probiotik diantaranya mengandung jumlah sel hidup minimal sejumlah 106 cfu/ml. Berdasarkan data populasi awal kultur stater bakteri Lactobacillus plantarum pada penelitian ini sudah memenuhi syarat sebagai produk probiotik, yaitu berkisar 8 log10 cfu/ml (108 cfu/ml).
Total Plate Count (TPC) Sosis Probiotik Daging Kerbau
TPC pada Sosis Probiotik dalam penelitian ini mengacu pada tabel SNI 7388-2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan bahwa total mikroba maksimal 105 koloni/gram atau 5 log10 cfu/ml. Total mikroba yang terdapat dalam sosis probiotik ini disajikan pada bentuk Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rataan Total Plate Count (TPC) sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan Lactobacillus plantarum pada konsentrasi yang berbeda (log10 cfu/ml)
Perlakuan
Rataan TPC (cfu/ml)
P0 (0% BAL L.plantarum)
7,302 ± 0,036b
P1 (2% BAL L.plantarum)
6,994 ± 0,015b
P2 (4% BAL L.plantarum)
8,136 ± 0,099c
P3 (6% BAL L.plantarum)
7,300 ± 0,234b
P4 (8% BAL L.plantarum)
4,824 ± 0,193a
Rataan ± SEM

Hasil penelitian menunjukan nilai rataan sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan Lactobacillus plantarum pada nilai rataan 6,961 log10 cfu/g. Nilai tersebut telah melebihi standar yang ditetapkan oleh SNI 7388-2009 yaitu 105 koloni/gram atau 5 log10 cfu/g. Nilai TPC yang tinggi dapat disebabkan oleh mikroba alami yang terdapat dalam daging (Lucke, 2000). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susilawati (2012) terhadap kualitas mikrobiologis daging segar yaitu terdapatnya bakteri asam laktat pada daging segar. Nilai rataan yang tinggi diharapkan dari bakteri asam laktat yang dominan pada sosis probiotik daging kerbau.
Gambar 4.1 menunjukkan efek penambahan level Lactobacillus plantarum terhadap TPC. Hasil analisis regresi, menunjukkan adanya korelasi negatif yang berbeda nyata (P<0,01) antara taraf Lactobacillus plantarum terhadap TPC dengan persamaan regresi Y= 8,358 [SE 0,542] – 0,475 [SE 0,161]X, R2= 0,339. Berdasarkan hal tersebut, penambahan Lactobacillus plantarum memiliki respon berbanding terbalik dengan penurunan nilai TPC. Hal ini sesuai dengan penurunan pH pada penelitian ini. Menurut Garbut (1997) salah satu faktor yang dapat menurunkan jumlah sel hingga ditemukannya jumlah sel yang konstan ialah perubahan nilai pH.


Gambar 4.1. Efek penambahan level Lactobacillus plantarum terhadap TPC sosis probiotik daging kerbau pada konsentrasi yang berbeda (log10 cfu/ml)

Kapang
Hasil cemaran kapang terhadap sosis probiotik dengan penambahan Lactobacillus plantarum disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data populasi kapang pada sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan Lactobacillus plantarum pada konsentrasi yang berbeda.
Perlakuan
Data kapang
(0%  L.plantarum)
Negatif
(2%  L.plantarum)
Negatif
(4%  L.plantarum)
Negatif
(6%  L.plantarum)
Negatif
(8%  L.plantarum)
Negatif


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses fermentasi berlangsung dengan baik. Dapat dilihat dari hasil analisis kapang terhadap sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan Lactobacillus plantarum adalah negatif. Standar mutu pangan untuk kapang terhadap produk olahan daging berupa sosis belum ada. Sehingga dapat diasumsikan bahwa sosis probiotik yang ditambahakan starter Lactobacillus plantarum sudah memenuhi standar mutu pangan dengan tidak tumbuhnya kapang terhadap produk sosis probiotik ini.
Bakteri Asam Laktat
Jumlah bakteri asam laktat dalam sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan starter Lactobacillus plantarum pada konsentrasi berbeda disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Rataan bakteri asam laktat sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan Lactobacillus plantarum pada konsentrasi yang berbeda (log10 cfu/ml)
Perlakuan
Rataan BAL (cfu/ml)
(0%  L.plantarum)
6,835 ± 0,134b
(2%  L.plantarum)
7,230 ± 0,015b
(4%  L.plantarum)
8,258 ± 0,252c
(6%  L.plantarum)
6,943 ± 0,086b
(8%  L.plantarum)
5,900 ± 0,417a
Rataan ± SEM
Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01)


Rataan jumlah bakteri asam laktat dalam produk sosis probiotik ini adalah 7,022 log10 cfu/ml atau kisaran 107 cfu/ml. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri asam laktat telah mampu bertahan dalam produk sosis ini.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan bakteri Lactobacillus plantarum pada konsentrasi berbeda dapat meningkatkan persentasi TPC, BAL dan menghambat pertumbuhan kapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Lactobacillus plantarum memberikan hasil terbaik terhadap kualitas TPC, Kapang dan BAL pada sosis probiotik daging kerbau dengan penambahan level 4%.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengamatan terhadap sifat organoleptik serta pembuatan sosis probiotik dengan menggunakan metode pengasapan dan menguji sifat anti mikroba sosis yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2008. Hubungan Mikroflora dengan Metabolisme dalam Saluran Pencernaan Unggas dan Monogastrik. Masalah ilmiah. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Ahmad, D.W., R. Nofiani., dan P. Ardiningsih. 2013. Karakterisasi bakteri asam laktat Lactobacillus sp. RED1 dari cincalok formulasi. Program Studi Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura.

Arief, I.I 2000. Pengaruh aplikasi kultur kering dengan beberapa kombinasi mikroba terhadap kualitas fisiko-kimia dan mikrobiologi sosis fermentasi. Tesis, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 2897:2008. Metode pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur dan susu, serta hasil olahannya. Dewan Standardisasi Nasional Jakarta.

Buckle K.A., R.A. Edward, G.H. Feed , and M.Wotton.1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Hari Purnomo, Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Charteris, W.P., P.M. Kelly, L. Morelli and J.K. Collins. 1998. Ingredient selection criteria for probiotic microorganisms in functional dairy foods. Int.J. Dairy Tech. 51: 123-135.

Dewan Standardisasi Nasional. 1995. Bahan Tambahan Makanan. 01-0222-1995. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. 1995. Karkas Kerbau, 01-3933-1995. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. 1995. Sosis Daging. 01-3820-1995. Standar Nasional Indonesia. Jakarta

Dewan Standardisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. 7388-2009. Standardisasi Nasional Indonesia, Jakarta.

Elegado FB, Guerra MAR, Macayan RA, Mendoz, HA, Lirazan MB. 2004. Spectrum of bacteriocin activity of Lactobacilus plantarum BS and fingerprinting by RAPD-PCR. Int. J. Food Microbiol. 95:11-18.

Erkkila, S. 2001. Bioprotective and Probiotic Meat Starter Cultures for The Fermentation of Dry Sausages. Disertation. Departement of Food Technology. Universitas of Helsinki.

FAO/WHO. 2002. Guidelines for The Evaluation of Probiotics in Food. Report of a Joint FAO/WHO Working Group on Drafting Guidelines for The Evaluation of Probiotics in Food. Canada. hal. 1-11.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gill, H.S. dan F.Guarner. 2004. Probiotics and human health ; a clinical perspective. Postgrad. Med. J. 80 :516-526.

Garbutt, J. 1997. Essentials of Food Microbiology. London: Arnold. http://www.goodreads.com/book/show/3822425-essentials-of-food-microbiology. (29-3-2015).

Handayani, I. Dan B. Sustriawan. 2012. Potensi Lactobacilus acidophillus dan Lactobacilus plantarum untuk Penurunan Kolesterol pada Minuman Probiotik Okara. Jurnal Pertanian. Fakultas Pertanian . Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Hartanto, R., D.A. Setyorini dan Sutaryo. 2011. Model Regresi yang Tepat untuk Mengambarkan Produksi Total Bakteri Asam Laktat (BAL) Sosis Probiotik Berdasarkan Lama Penyimpanan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Hasbullah. 2005. Pengolahan Pangan. Sumatera Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri Sumatera Barat.

Hui, Y. H., W. K. Nip, R. W. Rogers dan O.A. Young. 2001. Meat Science and Applications. Marcel Dekker Inc. USA.

Kalae, P.2006. Biological active polyamines in beef, pork, and meat product: A review. Meat Science. 75 : 1-11.

Lucke. F. K. 2000. Utilization of microbes to process and preserve meat. Meat Sci. 56 : 105-115.

Mahmud, M. 2001. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Buletin AgroBio 4:24-32. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.

Marchello, M. dan J. G. Robinson. 1998. The Art and Pratice of Sausage Making. http://www.Ext.nodak.education.com.

McLoughlin, J.A., and C. P. Champagne. 1994. Immobilizied Cells in Meat Fermentation. CRC in Biotech. 14: 179-192.

Morelli, L. 2007. In vitro assessment of probiotic bacteria : from survival to functionally. Int Dairy Journal 17 : 1278-1283.

Murtidjo, B. A. 1991. Memelihara Kerbau. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Pane, I.

Nakai S, Molder HW. 2000. Food Protein Processing Application. Toronto: Wiley-VCH.

Pramono, Y.B., E.S. Rahayu, Suparmo, dan T. Utami, 2008. Isolasi dan indentifikasi bakteri asam laktat pada fermentasi petis daging tradisional. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 33 :319-323.

Pramono, Y.B., E.S. Rahayu, Suparmo, dan T. Utami, 2009. Aktivitas antagonisme bakteri asam laktat hasil isolasi fermentasi petis daging sapi tradisional. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 34: 22-27.

Prescott, L.M., Harley, J.P., and Klein, D.A. 2003. Microbiology, 6th edition, Mc. Graw-Hill. Boston.

Purnomo, H. 1990. Teknologi Daging. Nuffic. Universitas Brawijaya. Malang.

Setyorini, D.A., Arifin, M., dan Nurwantoro. 2010. Karakteristik Sosis Probiotik Daging Sapi Menggunakan Lactobacillus casei dan Bifidobacterium bifidum pada Lama Penyimpanan yang Berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang. Semarang.

Soeparno, E., Suryanto, Setioyono, Nurliyani, R.A. Rihastuti, Y. Erwanto, dan S.P. Syahlani. 2009. Ilmu dan Pangan Lokal Hasil Ternak. Yogyakarta: UGM Press.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-2, Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Steel, R., dan J. K. Torrie. 1991. Prinsip dan Produser Statistik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sudian, S. 2008. Pengujian Mikrobilogi Pangan. Infopom Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 9: 1-9. Jakarta.

Sukmawardani, A. P., T. Setyawardani, dan T. Y. Astuti. 2013. Nilai pH, Jumlah Mikroba, Jumlah Bakteri Asam Laktat Keju Probiotik yang dibuat dengan Tiga Level Kultur Bakteri Asam Laknat. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1: 525-530.

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Penerbit UNESA University Press.

Surono IS. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. YAPPMI. Jakarta.

Susilawati, S. 2012. Kualitas Mikrobiologis Sosis Fermentasi yang diberi Probiotik Lactobacillus plantarum atau Lactobacillus acidophilus 2B4. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tannock, G.W. 1999. Probiotic: A Cristical Review. Horizon Scientific Press. England. pp. 5-14.

USDA. 2001. Refrigerator and Freeze Storage Chart. U.S. Food and Drug Administraction Center for Food Safety and Applied Nutrition National Science Teachers Association, Washington, D.C.

Xiong, Y. L., and W. B. Mikel. 2001. Meat and Meat Products, Dalam : Hui, Y. H., W. K. Nip, R. W. Rogers, dan O. A. Young. Meat Science and Applications. Marcel Dekker Inc., USA.

Zain, W.N.H. 2010. Karakteristik Mikrobiologis Granul Kultur Starter dengan Sinbiotik Terenkapsulasi untuk Menghasilkan Yogurt dan Dadih Sinbiotik. Thesis. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zubillaga, M., R. Weill, E. Postaire, C. Goldman, R. Caro and J. Boccio. 2001. Effect of probiotics and functional food and their use in different diseases. Nutr. Research. 21:569-579.